Kamis, 05 Januari 2012
Perbedaan cdi BRT hyperband dan dualband
CDI BRT Hyper Band memiliki Fitur:
1 Unlimiter
2 Automatic Low Voltage Protection (ALVP)
3 Multi Step Ignition Curve
4 Plug and Play
Artinya CDI ini bedanya ma Standar di LImitednya... CDI BRT tanpa limit tidak seperti CDI Standar
Aplikasinya tinggal pasang dan cukup tidak perlu merubah yang lainnya.
sedangkan
CDI BRT Dual Band memiliki Fitur:
1 2 Kurva Pengapian
2 Automatic Low Voltage Protection (ALVP)
3 Multi Step Ignition Curve
4 Plug and Play
5 Unlimiter
6 Terdiri 3 jenis pemakaian :
a. Standar - Tune Uo (ST)
b. Tune Up - Racing (TR)
c. Racing - Kompetisi (RK)
Spesifikasi :Hyperbad DC
1 CDI Type : DIGITAL DC System
2 Operating Voltage : 8 s/d 18 VDC
3 Mikroprosessor : NXP Founded by Philips Semiconductor
4 Current Consumption : 0.05 s/d 0.75 A
5 Output Max : 300 Volt
6 Operation Temp : -15° to 80°C
7 Operation Freq : 400 to 20.000 RPM
FEATURES
1 Unlimiter
2 Automatic Low Voltage Protection (ALVP)
3 Multi Step Ignition Curve
4 Plug and Play
BENEFIT
1 Hemat BBM hingga 29,9 %
2 Meningkatkan respon dan akselerasi
3 Powerband bertambah hingga 2000 rpm
4 Hemat pemakaian Accu hingga 30%
5 Tenaga motor meningkat hingga 20%**
Catatan :
* Dilakukan uji coba oleh team media motorplus dan otomotif
** Pada jenis motor dan rpm tertentu.
CDI BRT Dual Band
Berikut Aplikasi
Standard dan Tune-Up (ST)
Kurva I : Standar (S)
Kurva Standard sama dengan standard original tetapi tanpa limiter/batasan, dirancang agar emisi gas buang tetap lulus uji Euro 2, kami enyebutnya GREEN CDI.
Kurva II : Tune-Up (T)
Kurva Tune Up dipakai untuk meningkatkan tenaga dan akselerasi.
Rekomendasi Aplikasi (ST):
Pemakaian : Standard dan Tune Up / Kohar (Korek Harian)
Bahan Bakar : Permium dan Pertamax
Kondisi Mesin : Standard / Semi Tune Up
Perbandingan Kompresi : 9 : 1 s/d 10.5 : 1
Cam Shaft/Noken As : Standard / Modifikasi
Knalpot : Standart / Racing
Spuyer : Standart / Penyesuaian.
Tune-Up dan Racing (TR)
Kurva I : Tune-Up (T)
Kurva Tune Up dipakai untuk meningkatkan performa tenaga, torsi, akselerasi dan power band yang lebih luas.
Kurva II : Racing (R)
Kurva Racing dipakai dalam penerapan racing modifikasi untuk performa tinggi.
Rekomendasi Aplikasi (TR)
Pemakaian : Semi Tune Up (Kohar) dan Racing
Bahan Bakar : Pertamax s/d Avgas
Kondisi Mesin : Semi Tune Up s/d Full Modifikasi
Perbandingan Kompresi : 10.5 : 1 s/d 13.8 : 1
Cam Shaft/Noken As : Standard / Modifikasi
Knalpot : Standart / Racing
Spuyer : Penyesuaian.
Tune-Up dan Racing (RK)
Kurva I : Racing (R)
Kurva Racing dipakai dalam penerapan racing modifikasi untuk performa tinggi.
Kurva II : Kompetisi (K)
Kurva Kompetisi dipakai untuk penerapan ekstrem modifikasi.
Rekomendasi Aplikasi (RK)
Pemakaian : Full Racing / Drag Race
Bahan Bakar : Pertamax Plus, Avgas dan Racing Fuel.
Kondisi Mesin : Full Modifikasi.
Perbandingan Kompresi : 12.3 : 1 s/d 16 : 1
Cam Shaft/Noken As : Modifikasi
Knalpot : Racing
Spuyer : Penyesuaian.
Maksudnya yang Dual Band melebihi Keunggulan CDI BRT yang Hyperband dengan adanya tambahan setting kurva Pengapian. untuk level diatas standar tinggal klik ke kurva ke dua. motor pun lebih ngacir...
Mudah mudahan manfaat...
materi referensi:
CDI BRT Hyperband
http:// www.bintangracingteam.com/ index.p…
CDI BRT Dual Band
http:// www.bintangracingteam.com/ index.p…
Buat lebih jelasnya silahkan ke
http:// www.bintangracingteam.com/
(semoga bermanfaat)
Menghitung torsi dengan karakter motor over bore dan over strok
Yuu... kita sama2 belajar menghitung torsi dengan karakter motor over bore dan over stroke
1.Cranking pressure = kgf / cm 2
2.Luas Permukaan Piston = 3.14 x diameter kuadrat / 4
--> asumsi piston flat tanpa coakan.
3.Gaya yg diterima piston
= Cranking Pressure dikali Luas Permukaan Piston
4.Torsi yg dihasilkan pada poros kruk as
= Gaya yg diterima piston x Stroke / 2
Ok, kita misalkan saja untuk
1.Cranking pressure = 50 kgf / cm2 <sama untuk kedua mtr>
2.Motor A, ambil contoh aja Supra 125
- bore x stroke = 52.4 x 57.9
- displacement = 124.8 cc
3.Motor B, ambil contoh Zone
- Diameter x Langkah : 56,0 x 50,6mm
- Jumlah & Isi Silinder : Satu buah & 124,6cc
over stroke (ukuran stroke lebih besar dari pada seher)
catatan : cranking pressure disini, maksudnya (tekanan) pas
terjadi ledakan di combustion chamber, dan sebagai contoh
dianggap sama untuk kedua motor. Ceritanyakita coba ngitung
berapa gaya yg diterima piston,dan berapa torsi yg duhasillkan.
Untuk Motor Yg Over Stroke
- Luas Perm Piston = 3.14 x 5.24 x 5.24 / 4 = 21.554 cm 2
- Gaya yg diterima piston dengan cranking pressure 50 kgf / cm2
..= 50 kgf / cm2 x 21.554 cm2 = 1077.7 kgf
- Torsi yg dihasilkan pada poros kruk as
= 1077.7 kgf x 5.79 cm / 2 = 3119.9415 kgf.cm
= 31.199415 kgf.m
= 305.754 Nm
over bore (ukuran seher lebih besar dari pada stroke)
<note, ini cuma contoh yah, cranking pressure pada ruang
bakar supra 125 sebenarnya ga nyampe 50 kgf / cm2)
B.Untuk Motor Yg Over Bore
- - Luas Perm Piston = 3.14 x 5.06 x 5.06 / 4 = 24.6176 cm 2
- Gaya yg diterima piston dengan cranking pressure 50 kgf / cm2
..= 50 kgf / cm2 x 24.6176 cm2 = 1230.88 kgf
- Torsi yg dihasilkan pada poros kruk as
= 1230.88 kgf x 5.06 cm / 2 = 3114.1264 kgf.cm
= 31.141264 kgf.m
= 305.184 Nm
Dengan contoh cranking
pressure 50 kgf / cm2 juga didapet hasil bahwa zone
yg over bore ama karisma yg over stroke ternyata bisa punya
torsi yg sama. Asalkan cranking pressure nya sama.
nah dengan contoh perhitungan ini ....teman2 bisa mengaplikasikan pada motor korekan masing2...
dan bisa buat kesimpulan masing2...berarti ga selamanya yg memiliki stroke panjang memiliki torsi yg besar asalkan Cranking pressure (kompresi/tekanan) di perhitungkan dengan tepat...buktinya motor yg memiliki stroke yg lebih pendek bisa menyamai torsinya dengan stroke yg lebih panjang....hayo yg mau sroke up....itung2 dulu oke...biar ga mubajir...
semoga bermanfaat deh
berbagai sumber
(TERIMA KASIH)
1.Cranking pressure = kgf / cm 2
2.Luas Permukaan Piston = 3.14 x diameter kuadrat / 4
--> asumsi piston flat tanpa coakan.
3.Gaya yg diterima piston
= Cranking Pressure dikali Luas Permukaan Piston
4.Torsi yg dihasilkan pada poros kruk as
= Gaya yg diterima piston x Stroke / 2
Ok, kita misalkan saja untuk
1.Cranking pressure = 50 kgf / cm2 <sama untuk kedua mtr>
2.Motor A, ambil contoh aja Supra 125
- bore x stroke = 52.4 x 57.9
- displacement = 124.8 cc
3.Motor B, ambil contoh Zone
- Diameter x Langkah : 56,0 x 50,6mm
- Jumlah & Isi Silinder : Satu buah & 124,6cc
over stroke (ukuran stroke lebih besar dari pada seher)
catatan : cranking pressure disini, maksudnya (tekanan) pas
terjadi ledakan di combustion chamber, dan sebagai contoh
dianggap sama untuk kedua motor. Ceritanyakita coba ngitung
berapa gaya yg diterima piston,dan berapa torsi yg duhasillkan.
Untuk Motor Yg Over Stroke
- Luas Perm Piston = 3.14 x 5.24 x 5.24 / 4 = 21.554 cm 2
- Gaya yg diterima piston dengan cranking pressure 50 kgf / cm2
..= 50 kgf / cm2 x 21.554 cm2 = 1077.7 kgf
- Torsi yg dihasilkan pada poros kruk as
= 1077.7 kgf x 5.79 cm / 2 = 3119.9415 kgf.cm
= 31.199415 kgf.m
= 305.754 Nm
over bore (ukuran seher lebih besar dari pada stroke)
<note, ini cuma contoh yah, cranking pressure pada ruang
bakar supra 125 sebenarnya ga nyampe 50 kgf / cm2)
B.Untuk Motor Yg Over Bore
- - Luas Perm Piston = 3.14 x 5.06 x 5.06 / 4 = 24.6176 cm 2
- Gaya yg diterima piston dengan cranking pressure 50 kgf / cm2
..= 50 kgf / cm2 x 24.6176 cm2 = 1230.88 kgf
- Torsi yg dihasilkan pada poros kruk as
= 1230.88 kgf x 5.06 cm / 2 = 3114.1264 kgf.cm
= 31.141264 kgf.m
= 305.184 Nm
Dengan contoh cranking
pressure 50 kgf / cm2 juga didapet hasil bahwa zone
yg over bore ama karisma yg over stroke ternyata bisa punya
torsi yg sama. Asalkan cranking pressure nya sama.
nah dengan contoh perhitungan ini ....teman2 bisa mengaplikasikan pada motor korekan masing2...
dan bisa buat kesimpulan masing2...berarti ga selamanya yg memiliki stroke panjang memiliki torsi yg besar asalkan Cranking pressure (kompresi/tekanan) di perhitungkan dengan tepat...buktinya motor yg memiliki stroke yg lebih pendek bisa menyamai torsinya dengan stroke yg lebih panjang....hayo yg mau sroke up....itung2 dulu oke...biar ga mubajir...
semoga bermanfaat deh
berbagai sumber
(TERIMA KASIH)
Minggu, 01 Januari 2012
Rasio Motor Standar
- YAMAHA jupiter-Z / Crypton / Vega: 1(12-38), 2(17-33), 3(21-28) & 4(21-23).
- YAMAHA MIO : 13-42
- YAMAHA F1ZR: 1(12-39), 2(16-29), 3(19-25) & 4(22-23).
-YAMAHA jupiter MX: 1(12-34), 2(16-30), 3(17-23) & 4(22-23).
- YAMAHA RXZ & Touch125: 1(12-34), 2(16-29), 3(19-26), 4(21-24), 5(23-23) & 6(24-22)
- YAMAHA RX-KING: 1(12-34), 2(16-30), 3(19-26), 4(22-24) & 5(24-22).
- KAWASAKI KAZE/BLITZ: 1(12-36), 2(16-31), 3(20-27) & 4(23-25).
- KAWASAKI NINJA R: 1(10-27), 2(17-29), 3(20-26), 4(24-24), 5(21-20) & 6(22-19).
- KAWASAKI NINJA RR: 1(10-27), 2(17-29), 3(20-26), 4(22-24), 5(21-20) & 6(22-19).
- HONDA KHARISMA / SX125: 1(14-35), 2(20-31), 3(20-23) & 4(26-24).
- HONDA Supra / Grand 110 / Supra Fit 110: 1(12-34), 2(17-29), 3(21-26) & 4(24-23).
- HONDA BLADE: 1(13-34), 2(18-28), 3(22-25) & 4(24-22).
- SUZUKI spin / Skywave: 13-45
- SUZUKI Smash: 1(11-33), 2(16-30), 3(19-26) & 4(19-20).
- SUZUKI New Smash: 1(11-33), 2(16-30), 3(19-26) & 4(19-20).
- SUZUKI Shogun FL125: 1(11-32), 2(12-25), 3(17-22) & 4(19-20).
- SUZUKI Shogun 125: 1(11-33), 2(14-25), 3(17-22) & 4(19-20).
- SUZUKI Shogun 110: 1(11-33), 2(16-30), 3(19-26) & 4(19-20).
- SUZUKI Satria 120 : 1(11-32), 2(14-23), 3(18-20), 4(21-23), 5(18-20) & 6(17-21).
- SUZUKI Satria FU150: 1(12-33), 2(14-25), 3(19-26), 4(21-23), 5(23-21) & 6(25-20).
- YAMAHA MIO : 13-42
- YAMAHA F1ZR: 1(12-39), 2(16-29), 3(19-25) & 4(22-23).
-YAMAHA jupiter MX: 1(12-34), 2(16-30), 3(17-23) & 4(22-23).
- YAMAHA RXZ & Touch125: 1(12-34), 2(16-29), 3(19-26), 4(21-24), 5(23-23) & 6(24-22)
- YAMAHA RX-KING: 1(12-34), 2(16-30), 3(19-26), 4(22-24) & 5(24-22).
- KAWASAKI KAZE/BLITZ: 1(12-36), 2(16-31), 3(20-27) & 4(23-25).
- KAWASAKI NINJA R: 1(10-27), 2(17-29), 3(20-26), 4(24-24), 5(21-20) & 6(22-19).
- KAWASAKI NINJA RR: 1(10-27), 2(17-29), 3(20-26), 4(22-24), 5(21-20) & 6(22-19).
- HONDA KHARISMA / SX125: 1(14-35), 2(20-31), 3(20-23) & 4(26-24).
- HONDA Supra / Grand 110 / Supra Fit 110: 1(12-34), 2(17-29), 3(21-26) & 4(24-23).
- HONDA BLADE: 1(13-34), 2(18-28), 3(22-25) & 4(24-22).
- SUZUKI spin / Skywave: 13-45
- SUZUKI Smash: 1(11-33), 2(16-30), 3(19-26) & 4(19-20).
- SUZUKI New Smash: 1(11-33), 2(16-30), 3(19-26) & 4(19-20).
- SUZUKI Shogun FL125: 1(11-32), 2(12-25), 3(17-22) & 4(19-20).
- SUZUKI Shogun 125: 1(11-33), 2(14-25), 3(17-22) & 4(19-20).
- SUZUKI Shogun 110: 1(11-33), 2(16-30), 3(19-26) & 4(19-20).
- SUZUKI Satria 120 : 1(11-32), 2(14-23), 3(18-20), 4(21-23), 5(18-20) & 6(17-21).
- SUZUKI Satria FU150: 1(12-33), 2(14-25), 3(19-26), 4(21-23), 5(23-21) & 6(25-20).
Langganan:
Postingan (Atom)